MAKALAH
KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA (K3)
PENGARUH
SIFT KERJA TERHADAP KARYAWAN PABRIK
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( K3 )
Yang
Dibina Oleh Drs. Ir. Moeadi, M. Kes.
Oleh
Eliyawati PTE
Off A (120534400687)
JURUSAN ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
NOPEMBER
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT berkat
rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini, saya mengangkat judul “ Pengaruh
Shift Kerja Terhadap Karyawan Pabrik” karena kasus tersebut memang sangat
penting untuk dikaji ulang perbaikan sistemnya.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat saya harapkan. Semoga makalah ini dapat menjadi nilai tambah bagi proses perkuliahan mata kuliah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ( K3 ) Universitas Negeri Malang.
Teriring rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K3 ).
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dinilai sebagai amalan sholih di sisi Allah SWT.
Malang,
November 2012
Eliyawati
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR
ISI............................................................................................................2
1. Latar Belakang ............................................................................................3
2. Pembahasan
Pengaruh Shift Kerja Terhadap Karyawan......................................4
3 3. Kesimpulan...................................................................................................8
4
4. Daftar Rujukan..............................................................................................9
Latar
Belakang
Pabrik – pabrik besar memiliki jumlah karyawan
yang banyak dan dalam pabrik tersebut ada berbagai macam bidang pekerjaan. Tentu
manajemen pabrik membuat jadwal pekerja menjadi jadwal shift. Sistem sift kerja
mebawa dampak negativ bagi para karyawan tersebut. Para karyawan pabrik yang bekerja pada shift malam
memiliki kecenderungan untuk mendapatkan stress dan berikutnya akan menderita
kelelahan sebagai gejala klinik. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan
strategi yang efektif dari kebijakan untuk menekankan penurunan pengaruh
penerapan shift kerja menjadi risiko kelelahan. Berdasarkan hasil bahwa jumlah
rata-rata dari waktu reaktif untuk tenaga kerja shift pagi adalah 0,97detik.
Sedangkan
untuk tenaga kerja shift malam adalah 1,18 detik. Jumlah rata-rata tekanan
sistol darah untuk tenaga kerja shift pagi adalah 119,22 cm Hg, sedangkan untuk
tenaga kerja shift malam adalah 127.61 cm Hg . Jumlah rata-rata tekanan
diastole darah untuk tenaga kerja shift pagi adalah 77,44 cm Hg, sedangkan
untuk tenaga kerja shift malam adalah 82,16 cm Hg. Jumlah rata-rata denyut nadi
jantung bagi tenaga kerja shift pagi adalah 73,93, sedangkan untuk tenaga kerja
shift malam adalah 76,18. Berdasarkan hasil pemeriksaan statistik bahwa ada
pengaruh yang signifikan terhadap kelelahan (p = 0,000), berarti ada hubungan
yang signifikan antara shift kerja dan kelelahan penyebab stres (p = 0,000).
Karena itu, sebagai usul dan untuk mengantisipasi penurunan kelelahan, penting
untuk melakukan perbaikan dan evaluasi tentang aturan shift kerja dalam suatu pabrik
maupun perusahaan sehingga tenaga kerja shift malam dapat bekerja dalam kondisi
aman dan beristirahat dengan baik setelah bekerja.
PEMBAHASAN
Pengaruh
Shift Kerja Terhadap Karyawan
Sistem
kerja yang dterapkan pabrik – pabrik dengan shift kerja memiliki pengaruh yang
perlu diperhatikan. Akibat dari shift kerja tersebut adalah pekerja menderita
kelelahan akibat pengaruh shift kerja
yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Kelelahan bersifat subjektif
akibat shift kerja, yaitu tidak dapat tidur siang, selera menurun, gangguan
pencernaan, nyeri lambung dan lain sebagainya, yang diakibatkan oleh kondisi
kesehatan yang kurang baik akibat shift
kerja. Menurut beberapa penelitian bahwa shift malam lebih berdampak
negativ daripada shift pagi, karena pola siklus hidup manusia pada malam hari
umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada shift malam maka
tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan
terjadinya kesalahan kerja, kecelakaan kerja dan absentism.
Pulat
(1992) mengatakan bahwa dampak shift kerja
malam terutama gangguan irama tubuh yang menyebabkan penurunan kewaspadaan,
gangguan fisiologis dan psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan
menurun, penyakit jantung, tekanan darah, stress dan gangguan gastrointestinal
yang dapat meningkatkan resiko terjadi kecelakaan kerja.
Shift kerja malam perlu mendapatkan
perhatian karena irama faal manusia terganggu, metabolisme tubuh tidak dapat
beradaptasi, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi normal,
sehingga timbul reaksi psikologis dan pengaruh yang kumulatif. Banyak pabrik
ataupun instansi yang memberlakukan pola kerja dua shift ( 12 jam pershift)
dengan tujuan untuk efisiensi tenaga kerja dan upah serta memberikan upah
lembur yang tinggi.
Bagi seorang pekerja bekerja di atas delapan jam per hari selama
seminggu terus menerus jika ditinjau dari segi keselamatan dan kesehatan kerja
akan memberikan masalah terutama bagi pekerja yang tidak dapat menyesuaikan
diri dengan lama jam kerja yang dijalaninya. Pola jam kerja yang
diterapkan, misal sistem jam kerja non shift
dan sistem kerja shift yang
terdiri dari shift I (shift pagi)
dan shift II (shift malam).
Gambaran bahwa pekerja bekerja selama seminggu tanpa ada istirahat seharipun,
yang berpotensi menyebabkan kelelahan. Akibat pemberlakuan jam kerja berlebih
tersebut perusahaan memberikan upah lembur.
Selain masalah pemberlakuan dua shift kerja dengan waktu kerja berlebihan, juga sering ditemui fasilitas kerja yang tidak
ergonomis, misal pada saat sikap kerja duduk membungkuk dan jongkok. Kondisi yang tidak ergonomis tersebut dalam melakukan pekerjaan
berpotensi terjadi kelelahan yang dapat berakibat kecelakaan. Misalnya beberapa kecelakaan yang pernah terjadi di pabrik kelapa sawit : terkena semburan steam mesin
rebusan, terpeleset, jatuh dari atap pabrik dan tangga.
Pelaksanaan shift kerja
yang tidak baik menimbulkan kelelahan kerja yang harus dikendalikan sebaik
mungkin mengingat kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja, selain itu dapat mempengaruhi
produktivitas kerja. Sebagian besar
kecelakaan kerja ada kaitannya dengan kelelahan kerja, sehingga pengusaha harus
mengupayakan pengendalian kelelahan kerja bersama pekerja secara
berkesinambungan. Penyebab kelelahan kerja antara lain: pengaturan shift yang terlalu panjang dan tidak
tepat, intensitas dan durasi suatu pekerjaan dilaksanakan yang terlalu tinggi,
disain pekerjaan tidak tepat, lingkungan kerja yang tidak nyaman, cara kerja yang
tidak efektif (ergonomis) dan adanya stres.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut dapat dilakukan
perbaikan pada sisitem shift kerja dengan cara lama shift tidak
terlalu panjang dan penyiapan yang baik sebelum tugas malam dengan memperhatikan kondisi
kerja, agar penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja menurun, tetapi kinerja
tinggi. Karena jika kondisi yang negativ tersebut
dibiarkan tanpa adanya perbaikan akan dapat mempengaruhi pruduktivitas kerja. Apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu
disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akan memengaruhi
perusahaan tersebut.
Dengan adanya shift pagi dan shift malam, memiliki
pengaruh terhadap produktivitas kerja. Dalam
hal ini, untuk shift pagi
terlihat produktivitasnya lebih besar dibandingkan dengan produktivitas shift malam. Panjang waktu kerja
untuk shift pagi maupun shift malam sama-sama 12 jam per shift. Namun karena kondisi
pekerja dan circadian ritme bekerja
pada shift malam berbeda dengan
shift pagi, maka kualitas produktivitasnya juga
berbeda.
Hal ini disebabkan karena pola siklus hidup manusia pada malam
hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja shift malam maka tubuh dipaksa untuk
mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan terjadinya kesalahan
bekerja. Akibat dari ini pekerja akan mengalami kelelahan pada shift malam yang ditimbulkan. Di samping
dipengarugi oleh faktor-faktor lain yang menimbulkan kelelahan seperti stress
fisik akibat kekurangan tidur pada malam hari.
Pada shift malam
pekerja akan mengalami kelelahan yang cukup besar, hal ini dikarenakan selain
jam kerja yang sangat lama yaitu selama 12 jam juga diakibatkan oleh perbedaan
kebiasaan tubuh (ritme tubuh) yang seharusnya beristirahat pada malam hari,
tetapi dijadikan bekerja. Pada kondisi ini akan menimbulkan stress fisik yang
diakibatkan kekurangan tidur malam hari, sehingga dapat menambah faktor
kelelahan dan menurunkan produktivitas pekerja shift malam.
Perusahaan harus
benar-benar memahami konsekwensi penerapan shift kerja, yang mana terdapat perbedaan kondisi kerja pada shift pagi dan malam. Resiko kerjapun
berbeda pada masing-masing shift tersebut.
Pekerja yang bekerja pada shift malam
tentu lebih mudah merasa lelah dan mengantuk, karena pekerja sudah terbiasa bekerja
di shift pagi akan mempunyai
pola kantuk dan tidur tertentu, yang tentu butuh penyesuaian jika harus
berganti ke shift malam. Hal
yang sama berlaku sebaliknya. Kelelahan ini dapat menyebabkan kesulitan
konsentrasi dalam bekerja, meningkatkan resiko kesalahan (human error), berdampak kepada
kualitas kerja dan kecepatan kerja, dan akhirnya kecelakaan kerja. Pengaturan shift kerja ini merupakan salah satu
isu utama dalam ergonomi.
Untuk menghilangkan berbagai potensi yang dapat menimbulkan
kelelahan pekerja yang merupakan reaksi psikologis akibat pola shift kerja maka
dibutuhkan
pengkajian yang lebih seksama sehingga berbagai dampak negatif yang akan timbul
sedini mungkin dapat dicegah. Dari hasil kajian diharapkan suatu rekomendasi
bagi pekerja, pemerintah dan perusahaan khususnya
dalam perbaikan shift kerja. Oleh karena itu para petinggi perusahaan
atau pabrik diharapkan agar tidak acuh tentang masalah tersebut.
Kesimpulan
Sistem shift kerja dapat mempengaruhi produktivitas
kerja. Produktivitas pekerja shift pagi lebih tinggi dari pada shift malam, hal ini disebabkan
circadian ritme meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Untuk
mengurangi tingkat kelelahan pekerja pihak perusahaan dapat melakukan beberapa
hal seperti: a). memberikan perhatian dalam hal pemberian gizi
yang seimbang terutama untuk shift malam,b).
melakukan sistem rotasi cepat terutama untuk shift malam, c) mengatur jam shift kerja sesuai dengan jam kerja
normal per shift sesuai UU No.
13 tahun 2003, d)melakukan perbaikan lingkungan kerja agar lebih kondusif dan
nyaman dalam meningkatkan prestasi.
DAFTAR RUJUKAN
Kimberly Febriana Kodrat:
Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Pekerja Pabrik Kelapa Sawit.